4 Fakta Rokok Elektrik

10.57.00
EkoDoc- Rokok elektrik atau e-cigarette pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an. Namun belum benar-benar diproduksi secara masal. Baru sekitar sepuluh tahun lalu, rokok elektrik mulai beredar dan lebih dari 250 merek dengan berbagai rasa dijual di pasaran. Banyak orang mengira mengisap rokok elektrik bisa menyembuhkan kecanduan merokok. Akan tetapi penelitian justru menyebutkan sebaliknya. Simak fakta penting lain seputar rokok elektrik seperti yang dilansir dari ABC News berikut ini.


1. Apa itu rokok elektrik?
Rokok elektrik dioperasikan oleh tenaga baterai yang bisa diisi ulang. Kemasannya terdiri dari cartridge dan sebuah lampu LED yang mensimulasikan pembakaran seperti layaknya rokok tembakau. Di dalam cartridge terdapat cairan yang mengandung bahan kimia, termasuk nikotin dan zat aditif lainnya. Tidak semua negara memperbolehkan rokok elektrik dijual bebas di pasaran. Sementara di Indonesia, BPOM memperingatkan masyarakat bahwa rokok elektrik yang telah beredar di beberapa kota adalah produk ilegal dan tidak aman.


2. Berapa harganya?
Harga rokok elektrik sangat beragam. Di Amerika, rokok elektrik dibanderol USD 30-100 (Rp 350 ribu sampai Rp 1,2 juta). Meskipun demikian, rokok elektrik bisa dibilang cukup ekonomis dibandingkan dengan rokok tembakau. Sebab kebanyakan orang menghabiskan USD 1.000 (sekitar Rp 12 juta) untuk merokok tembakau selama setahun.

3. Apa risiko mengisap rokok elektrik?
Banyak penelitian yang menyebutkan kalau rokok elektrik sama bahayanya dengan rokok tembakau. Sebab kandungan cairan yang terbakar dalam rokok elektrik juga bisa menimbulkan berbagai masalah pada kesehatan. Meskipun demikian, para peneliti tidak bisa memastikan seberapa besar bahaya mengisap rokok elektrik. Selain itu, tidak diketahui dampak jangka panjang dari rokok elektrik terhadap paru-paru.

4. Apa rokok elektrik bisa menyembuhkan kecanduan merokok?
Hanya karena ritual mengisap rokok elektrik sama dengan rokok tembakau, banyak orang berpendapat bahwa kebiasaan buruk merokok bisa diubah dengan kebiasaan yang sedikit lebih baik. Sayangnya, hanya ada bukti yang mendukung teori tersebut. Menurut para ahli, jika ingin menghentikan kebiasaan merokok, jangan menggantikannya dengan merokok juga. Lebih baik berhenti sepenuhnya daripada tetap kecanduan dan semakin sulit sembuh

Sumber: merdeka.com

Share this :

Previous
Next Post »

close
close