Burung Anis Merah memiliki nama latin Geokichla citrina atau Zoothera cinerea. Karena burung kecil ini memiliki bulu kepala berwarna orange, maka dalam bahasa Inggris burung ini dikenal dengan nama Orange-headed Thrush. Di Indonesia sendiri, spesies burung ini begitu populer sebagai burung kicau peliharaan. Beberapa nama lokal untuk anis merah antara lain punglor merah atau punglor cacing, atau sering juga disebut dengan nama anis bata atau punglor bata.
Anis merah memiliki 13 subspesies yang memiliki daerah penyebaran yang berbeda-beda. Namun spesies yang ke-13 masih dipertanyakan. Ketiga belas sub-spesies tersebut antara lain :
G. c. citrina, tersebar di wilayah India bagian Utara menyusuri Himalaya hingga Bangladesh Selatan. Kemungkinan juga terdapat di bagian barat dan utara Burma. Saat musim dingin mereka bergerak ke selatan hingga Sri lanka, dan Bangladesh.
G. c. cyanota, tersebar di wilayah Semenanjung India Selatan hingga Karala. Memiliki tenggorokan berwarna putih dan dua garis hitam di bagian bawah mata.
G. c. amadoni, hidup di wilayah Timur Laut Semenanjung India (Madhya Pradesh dan Orissa). Memiliki mahkota berwarna orange yang lebih cerah dan sayap yang lebih panjang dibandingkan dengan cyanotus.
G. c. innotata, hidup di sebagian besar negara-negara ASEAN, mulai dari Burma Selatan dan China Barat Daya hingga Barat Laut Thailand, Laos Tengah dan Selatan, Kamboja, dan Vietnam Bagian Utara. Pada saat musim dingin mereka akan bergerak ke selatan hingga Malaysia.
G. c. melli, hidup di wilayah Tenggara China dan secara teratur bermigrasi pada musim dingin ke Hongkong.
G. c. courtoisi, hidup di bagian Timur wilayah China Tengah.
G. c. aurimacula, tersebar di Vietnam Bagian Selatan, Hainan dan kemungkinan besar juga di bagian Utara Laos.
G. c. andamensis, hanya dapat ditemui di Kepulauan Andaman.
G. c. albogularis, hanya dapat ditemui di Kepulauan Nicobar.
G. c. gibsonhilli, hidup di wilayah Burma bagian Selatan hingga Thailan Bagian Selatan. Saat musim dingin bermigrasi hingga ke Semenanjung Thailand dan Malaysia.
G. c. aurata, hanya hidup di wilayah pegunugan di Kalimantan bagian Utara, Indonesia.
G. c. rubecula, hanya ditemukan di Jawa Barat, Indonesia.
G. c. orientis, hidup di wilayah Jawa Timur dan Bali dan bertemu dengan G. c. rubecula di barat. Pemisahan spesies ini dari G. c. rubecula sebenarnya masih dipertanyakan alasannya.
Habitat burung Anis Merah secara umum di alam liar adalah di daerah hutan lembab dengan pohon-pohon yang berdaun lebar dengan tingkat kepadatan medium. Namun mereka juga hidup di hutan bambu dan hutan sekunder. Mereka juga ada yang berkeliaran hingga perkebunan dan taman. Mereka hidup di daerah dengan ketinggian sekitar 250–1830 m di atas permukaan laut.
Burung anis merah merupakan jenis burung omnivora. Makanan burung anis merah antara lain bermacam-macam serangga, cacing, dan juga buah. Mereka membuat sarang di atas pohon, tetapi tidak membentuk sebuah kawanan.
Burung anis merah memiliki panjang tubuh sekitar 20 hingga 24 cm dengan berat badan antara 40 - 60 gram. Anis merah adalah burung yang pemalu, dan biasanya berkeliaran sendirian atau berpasangan. Mereka adalah penerbang yang cepat dan tenang. Namun mereka cenderung akan berdiam diri ketika ada bahaya hingga kondisi aman.
Burung anis merah begitu populer sebagai burung peliharaan di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Sehingga populasi mereka di alam liar terus mengalami penurunan karena terus menerus ditangkap. Menurut data Red List IUCN, populasi burung anis merah berada pada status "Resiko Rendah (LC)".
Sunday, 23 November 2014
Home »
Serba-Serbi Burung
» Mengenal Asal Usul Burung Anis Merah
Mengenal Asal Usul Burung Anis Merah
Eko Sutrisno | Sunday, 23 November 2014
No comments:
Post a Comment