Pakar gigitan ular dan toksikologi dari Rumah Sakit Dokter Ramlan
Surabaya, Tri Maharani menilai Indonesia perlu mengembangkan vaksin
antibisa ular yang bersifat monovalen. "Saat ini Indonesia baru
memiliki Serum Antibisa Ular (SABU) yang polivalen, satu serum untuk
semua jenis bisa, belum yang monovalen atau sesuai dengan jenis ular
yang menggigit, padahal ini sangat efektif," kata dokter spesialis
emergensi yang biasa disapa Maharani tersebut kepada Antara, Jakarta,
Sabtu (22/11).
Namun Maharani mengatakan untuk memakai serum
monovalen, tenaga medis di Indonesia perlu mengetahui semua jenis racun
ular yang menggigit pasien.
"Inilah yang menjadi fokus perhatian
kita, karena spesialis emergensi saja baru ada 27 orang dan yang
memiliki sub-fokus snake bite (gigitan ular) dan toksikologi (ilmu yang
mempelajari tentang efek negatif atau efek racun dari bahan kimia dan
material lain terhadap tubuh manusia) baru saya sendiri," kata dia.
Padahal
menurut Maharani, kasus gigitan ular di Indonesia cukup banyak.
Berdasarkan data yang dikumpulkan pada 2011-2014 di Rumah Sakit di lima
kota, yakni Malang, Surabaya, Serang, Batam dan Merauke, terdapat lebih
dari 200 kasus gigitan ular per tahun dan 40 persen di antaranya
meninggal dunia.
"Jumlah itu bisa lebih banyak lagi karena
biasanya yang tercatat hanya di rumah sakit, sedangkan di Puskesmas atau
bahkan yang tidak sampai dibawa ke layanan kesehatan kadang tidak
tercatat," kata dia.
Oleh karena itu, Maharani telah bekerja sama
dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Biofarma untuk
membuat vaksin monovalen yang akan diikutsertakan dalam lomba karya
ilmiah nasional tahun 2015.
"Kami memperebutkan hadiah setengah
miliar rupiah untuk membiayai riset ini yang akan dilakukan dalam jangka
waktu lima tahun," kata dia.
Serum monovalen yang akan
dikembangkan oleh tim tersebut juga dirancang secara khusus untuk
jenis-jenis ular yang ada di Indonesia, berbeda dengan yang selama ini
telah dibuat oleh Thailand, Malaysia, Singapura, dan Australia.
"Harapan
kami para tenaga medis memiliki pengetahuan, keterampilan dan jaringan
dalam menangani kasus gigitan ular sehingga korban yang selamat akan
lebih banyak," kata Maharani.
Terkait jaringan, Maharani dan
timnya akan meluncurkan akun sosial media yang akan membahas penanganan
gigitan ular dan sosialisasi serum monovalen pada Desember mendatang, di
mana praktisi, akademisi dan khalayak luas dapat langsung melakukan
tanya-jawab.
Sumber: merdeka.com
Sunday, 23 November 2014
Indonesia Cari Penawar Racun Semua Jenis Ular, Hadiah Rp 500 Juta
Eko Sutrisno | Sunday, 23 November 2014
No comments:
Post a Comment