Lokasi prostitusi Gang Dolly, Surabaya, Jawa Timur, segera
ditutup. Penutupan ini diyakini akan berdampak pada keberlangsungan
hidup ribuan orang yang biasa mengais rezeki di sana. Sosiolog
UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar mengapresiasi langkah Pemerintah Kota
Surabaya menutup lokalisasi yang disebut-sebut terbesar di Asia
Tenggara itu. Namun di sisi lain langkah ini juga akan menambah angka
pengangguran.
Selain itu, kata Musni, pelacuran tetap akan
mengancam hanya saja tempat beroperasinya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Untuk itu perlu dipikirkan agar para wanita-wanita
tidak kembali ke dunia hitam tersebut. "Sisi lain akan menyebar
pelacur di mana-mana, di situ ditutup buka di berbagai tempat
sembunyi-sembunyi. Ini harus diantisipasi," kata Musni kepada
merdeka.com, Minggu (17/11).
Musni menyarankan agar Pemkot
Surabaya menyediakan suatu tempat bagi para pelacur untuk diberi
keterampilan dan pendidikan. Selain itu perlu juga disediakan modal agar
para pelacur mau mencari uang halal dengan berdagang. "Harus
diubah pola pikir, cara pandang kalau perbuatan jual beli seks tidak
benar. Setelah itu diberi motivasi, harapan hidup," tuturnya.
Musni
menyadari jika ini bukan lah persoalan mudah. Dia menyarankan agar
tempat khusus diberi nama kamp motivasi seperti di Dinsos atau markas
tentara untuk mendidik para pelacur. Musni optimistis dalam tempo 10
hari para pelacur sudah bisa kembali ke masyarakat. "Jadi
mengubah profesi mereka dari pelacur jadi manusia terhormat. Bisa usaha
dengan halal, dan mendapat manfaat besar," tandasnya.
Sumber: merdeka.com
Sunday 17 November 2013
Gang Dolly Ditutup, Pelacuran Terselubung Mengancam
Eko Sutrisno | Sunday 17 November 2013
No comments:
Post a Comment