--> Harga Goyang Politik 6 Juta sampai 25 Jutaan | EkoDoc

Blog Tentang Berita, Tips Trik, K-pop, Agama Kristen

Monday, 13 January 2014

Harga Goyang Politik 6 Juta sampai 25 Jutaan

| Monday, 13 January 2014
Sederet nama beken pedangdut tanah air selalu hadir saat penutupan kampanye pada pemilihan umum presiden, kepala daerah, atau legislatif. Pada pemilihan gubernur Jakarta, Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli tidak tanggung-tanggung mendatangkan 25 artis dangdut ibu kota, termasuk Jaja Miharja. Jaja bahkan menciptakan beberapa lagu buat menyokong pasangan Foke-Nara menang satu putaran, yakni Jaja Kepilih Lagi, Kita Terusin, Yu Ngiri, Awas, dan Udah Denger Belum. Semua lagu ini dia bawakan saat pasangan itu berkampanye.  Hal sama mulai marak lagi seiring akan digelarnya pemilihan parlemen dan presiden. Aktris dangdut pantai utara Jawa Barat, Diana Sastra, didaulat untuk membawakan satu lagu berjudul Dahlan Style untuk mengkampanyekan pencalonan Dahlan Iskan.



Diana Sastra mengaku ada keuntungan lebih saat manggung dalam pentas politik. Bukan sekadar laba materi, tapi menjadi semakin terkenal. Karena massanya biasanya ribuan, katanya. Dia bercerita awal bergoyang di panggung politik. Dia pertama kali manggung saat kampanye pemilihan umum 1997. Dari sana, kariernya menanjak lantaran massa datang berjubel. Dulu hanya sebagai pemain pendukung, sekarang jadi pemain intinya, ujar Diana. Pertama kali manggung di kampanye terbuka, dia hanya dibayar Rp 35 ribu. Saat ini untuk sekali pentas paling tidak partai atau calon anggota legislatif harus mengeluarkan kocek Rp 6 juta sampai Rp 25 juta. Sebab biduan tidak mendapatkan saweran dari penonton.

Beda lagi kalau pakai grup dangdut, itu harga untuk sendiri, katanya. Diana mematok harga lumayan tinggi karena saat manggung dengan satu partai, partai lain tidak akan menggunakan jasanya. Diana mesti cerdik untuk menggaet massa biar mereka tidak fokus kepada dirinya, namun terhadap partai atau calon legislatif sedang berkampanye. Biasanya saya cari tahu dulu visi dan misinya, nanti saat nyanyi visi dan misinya diselipkan dalam lagu, ujarnya. Memasukkan pesan kampanye, kata perempuan kelahiran Cirebon, ini dilakukan tanpa diminta oleh partai atau kandidat. Saya tidak pernah diminta, saya terima rezekinya, ya otomatis saya akan suarakan sendiri, katanya. Berpentas buat sebuah partai membuat dia dianggap sebagai pendukung partai itu. Label itu bakal menempel hingga pemilihan selesai. Padahal saya bekerja secara profesional. Biasanya kalau saya sudah manggung dengan partai A, partai B tidak mungkin mengundang, ujarnya.

Sekretaris Jenderal Persatuan Artis Musik Melayu-Dangdut Indonesia Waskito mengakui artis dangdut masih dijadikan pengumpul massa saat kampanye berlangsung. Order manggung untuk kampanye selalu membludak, bahkan sudah sangat padat, terutama untuk artis dangdut papan atas, ujarnya saat berbincang. Dia mengakui berbagai grup dangdut atau artis mempunyai kedekatan dengan partai. Seperti Soneta saat ini akan manggung dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Kaliza dengan Golkar, dan Yuyus dengan Partai NasDem. Meski begitu, dia menegaskan, mereka tetap independen dan profesional.

Sumber: merdeka.com

Related Posts

No comments:

Post a Comment