Dua tiang melebihi tinggi rumah, terpasang menjulang di kanan dan kiri
depan rumah Sutio Utomo. Bendera partai ukuran jumbo, sekitar 4 X 3 M
pun terus berkibar di bambu yang terikat kokoh antara rumah dan kios
tempatnya bekerja. Sementara di ruang tamu, terpasang banner
gambarnya yang mengenakan baju warna biru berpeci hitam. Seperti caleg
lain, pria berkaca mata itu berpose pasang muka ramah menyapa, namun
tetap menjaga wibawa. Utomo duduk santai sambil menikmati kopi didampingi tiga pria yang menjadi tim suksesnya.
Bermodal
semangat, kerja keras dan doa, Utomo mengusung idealismenya untuk
menjadi wakil rakyat DPRD Kabupaten Malang. Dia menyimpan keyakinan akan
merebut kursi, dan ingin menyampaikan aspirasi masyarakat kecil yang
selama ini terpinggirkan. "Wong cilik masih banyak yang susah,
mereka bingung menyekolahkan anak. Ada dana pendidikan, tapi tidak
sampai pada mereka, bahkan dikorup oknum-oknum di sekolah," ucap Utomo
dengan mimik serius di rumahnya di Pujon Lor, Kecamatan Pujon, Malang,
Sabtu (8/2). Sehari-hari, Utomo berprofesi sebagai tukang patri,
khusus untuk peralatan sprayer panggul. Profesi Utomo ini memang sudah
hampir punah. Dia sendiri kebingungan saat ditanya pesaing seprofesinya
itu.
Tukang patri biasanya berkeliling kampung menjual jasa
menambalan panci dan peralatan dapur dengan menggunakan timah yang
dipanaskan. Namun Utomo, khusus hanya menambal sprayer panggul, yakni
alat pertanian yang biasanya untuk menyemprotkan pestisida ke tanaman. Karena
bahan sprayer yang tipis terbuat dari aluminium mengharuskan penambalan
dengan patri. "Harus dengan patri mas, kalau menggunakan las pasti
bahannya meleleh," ungkap ayah tiga anak yang pernah menjadi guru SMP
Swasta itu. Di petak berukuran 2 X 3 M di depan rumahnya, Utomo
melayani 'pasien' yang rata-rata dari empat kecamatan dari enam
kecamatan yang menjadi dapilnya. Dibantu anak pertamanya, Muhamad Syafii
Setiawan (26), menerima sekitar 10 sampai 15 pelanggan sehari. Biaya
servis yang dipungutnya berkisar antara Rp 10.000 sampai Rp 50.000,-,
tergantung tingkat kerusakan atau banyaknya lubang yang harus dipatri. Sambil
menyervis, Utomo tidak segan ngobrol politik dan membagikan alat peraga
kampanyenya berupa kartu nama dan stiker. Karena itu, dia tahu betul
dengan persoalan para petani kecil dan buruh tani. "Jika terpilih doakan
saya bisa amanah. Saya ingin mendorong dan mengawasi pemerintah untuk
meringankan beban wong cilik," katanya.
Utomo mencalonkan diri
dari Partai Amanat Nasional (PAN) di daerah pemilihan (Dapil) 7
Kabupaten malang dengan nomor urut 5 (Lima). Persaingan di dapilnya
memang berat, namun tidak menyurutkan niatnya untuk bertarung pada 9
April mendatang. Selama kampanye, dia dibantu dua orang tim
suksesnya yang terus berkoordinasi menggalang massa dukungan. Sejak enam
bulan lalu, dia sudah bekerja diawali meminta restu kerabat dan
saudara. Siapapun, baginya potensi menjadi sumber suaranya.
"Selama
mengunjungi rumah-rumah, mereka belum tahu calon yang akan mereka
pilih, saya menawarkan alternatif, saya kasih stiker saya," katanya. Mujahidin,
salah satu tim sukses yang sekaligus mantan murid Utomo, mengaku ikhlas
membantu. Dia sepeser pun tidak dibayar, namun merasa ada kedekatan
saat diskusi. Dia mengaku berbagi pekerjaan dengan teman-temannya untuk
sosialisasi ke rumah-rumah, yang rata-rata di lereng-lereng gunung. "Rumah
Pak Utomo ini tempat banyak orang kumpul. Di sini kita diskusi, ada
rokok ya dirokok bareng-bareng. Kalau mau berkunjung ya bawa bismillah,
malah justru kita yang pasti disuguhi kopi," ungkap Mujahidin.
Sumber: merdeka.com
No comments:
Post a Comment